MALANG, G-SPORTS.ID Arema FC memang harus puas mengakhiri kompetisi BRI Liga 1 2022/2023 dengan target juara meleset alias gagal. Johan Ahmad Alfarizi dan kawan-kawan finis di posisi ke-12 papan tengah, hanya satu strip di atas zona papan bawah.
Meraih poin 42 dengan defisit gol 32-40 atau minus delapan gol. Capaian terburuk dalam tujuh musim terakhir. Posisi ke-12 sama dengan yang mereka bukukan pada kompetisi ISL musim 2011/2012 silam.
Sejak awal sudah saya katakan, tim ini menjalani sisa 23 pertandingan dalam kondisi tidak ideal atau semuanya serba force majeure. Jangan dibandingkanlah dengan para pemain dan ofisial tim dari 17 tim lainnya. Mereka semua dalam kondisi normal dan Arema sebaliknya. Saya yakin jika kondisi normal, Arema bisa juara musim ini, tegas pelatih Arema FC, Joko Gethuk Susilo.
Jauh hari sebelumnya, saat me-launching tim di Stadion Gajayana, Kota Malang, Rabu (20/7/2022) silam. Mantan Presiden Klub Arema FC, Gilang Widya Pramana tegaskan Arema wajib juara musim 2022/2023. Harus bisa mengulang prestasi juara musim ISL 2009/2010.
Jelang Liga 1 2022/2023, dia benar-benar fokus perhatian untuk persiapan tim. Setelah gagal mempertahankan puncak klasemen justru di sisa lima pekan laga saja.
Dia memenuhi semua kebutuhan tim. Mulai dari fasilitas mewah mess pemain, rencana pembangunan training ground, bonus kemenangan lebih besar, bus tim lusk hingga belanja pemain dan staf pelatih baru berkualitas.
Namun mimpi Juragan 99 bersama Aremania-Aremanita dan masyarakat Malang Raya mendadak buyar. Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam merenggut nyawa 135 Aremania-Aremanita di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Usai laga pekan ke-11 Arema FC ditundukkan Persebaya Surabaya 2-3.
Tak hanya gagal memenuhi target gelar juara musim 2022/2023 ini. Arema menerima hukuman denda Rp250juta. Harus menggelar 11 laga home tersisa hingga kompetisi selesai tertutup, dan berjarak minimal 250 kilometer dari Malang
Ditinggal mundur presiden klub dan manajer tim, serta kehilangan Aremania, pendukung fanatisnya yang memilih puasa terhadap hiruk pikuk sepak bola di Tanah Air.
Menjadi tim musafir dan tak mudah sekadar mencari kandang pinjaman, ditolak dimana-mana. Tim berlogo Kepala Singa itu juga harus menjalani sisa 23 pertandingan dengan kondisi tertatih-tatih serba force majeure.
Bahkan mental psikis para pemain dan ofisial tim, secara psikologis dalam situasi tidak ideal untuk melanjutkan sisa pertandingan. Jauh di bawah kondisi ideal para pemain 17 tim lainnya.
Begitu saya gabung tim dan sampai melalui sembilan pertandingan. Kondisi mental psikis tak ideal terlihat mencolok mata. Peringkat ke-12 akhir kompetisi saya pikir sudah sangat realistis bagi tim dengan kondisi seperti itu, sambung pelatih kelahiran kota minyak, Cepu (Jawa Tengah) itu,
Lihat mereka pemain-pemain tetap loyal bertahan di tim. Mereka adalah pemain-pemain dan tim hebat. Meski mereka dalam kondisi mental psikis tidak ideal pasca Tragedi Kanjuruhan. Mereka masih mampu melanjutkan dan menyelesaikan kompetisi. tutup pelatih yang akrab disapa Gethuk tersebut.