Stadion Gajayana Malang, Cagar Budaya Tertua Sepak Bola di Indonesia

Noval Lutfianto

02/05/2023

Stadion Gajayana di Kota Malang, stadion tertua di Indonesia diresmikan tahun 1926 dan masih berfungsi hingga saat ini. (grafis : Menk Karmawan/g-sports-id)

MALANG, G-SPORTS.ID – Publik sepak bola dan FA (The Football Association) atau asosiasi sepak bola Inggris begitu  bangga memiliki Sandygate Road Stadium. Stadion tertua di dunia yang diakui oleh Guinness Book of Records dan masih berfungsi hingga saat ini.

Stadion berkapasitas 1,000 tempat duduk berlokasi di  Crosspool, ?Sheffield?, Inggris. Selama, 163 tahun menjadi  homebase Hallam FC. Tim yang kini berlaga kompetisi semi-professional level kesembilan di Inggris, yakni Northern Counties East Football League.

Bagaimana di dengan Indonesia dan PSSI? Nyaris tak ada peninggalan fisik sejarah masa lalu sepak bola di Tanah Air, yang terpantau oleh database PSSI, induk cabang olah raga ini. Sebagai bagian dari saksi bisu perjalanan sejarah sepak bola Indonesia, bahkan bangsa ini.

Sejatinya meski permainan sepak bola dan 13 klub telah ada di bumi Nusantara kisaran tahun 1897-1900. Diantaranya Gymnastiek-Vereeniging (Medan), Rood-Wit (Batavia), Victoria (Soerabaja), Sparta (Soerabaja), Go Ahead (Malang), S.V.V. (Semarang), dan B.V.C. (Bandoeng).

Namun venue resmi untuk menggelar pertandingan baru ada dua di atas tahun 1920-an. Yakni Stadion Menteng, Jakarta (dibangun 1921) dan Stadion Gajayana, Kota Malang (dibangun 1926).

Satu-satunya stadion tertua di Tanah Air yang tersisa dan masih berdiri berfungsi hingga saat ini, adalah Stadion Gajayana. Stadion yang awalnya bernama Malang Stadion hingga awal 1970-an tersebut, berlokasi di kawasan Jalan Tangkuban Perahu, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang.

Merupakan stadion fenomenal, dibangun  atas inisatif  dan rancangan Walikota Malang pertama era kolonial Belanda, H.I Bussemaker  pada tanggal 1 April 1924. Atau saat Kota (kota praja) Malang genap berusia 10 tahun.

Menelan total biaya hampir 100.000 Gulden atau bila dikurskan saat itu kisaran Rp 800-an juta. Selesai dan diresmikan pada tanggal 1 April 1926 dengan kapasitas 3.000 orang.

Bussemaker sangat terinspsirasi bangunan asli stadion kuno single-tribune di kota kelahirannya Amsterdam. Yakni Oude Stadion (Het Nederlandsch Sportpark), Amsterdam yang dibangun tahun 1914.

Klub-klub atau tim sepak bola yang tercatat pernah dan masih menggunakan homebase di Stadion Gajayana atau sejak tahun 1926 hingga sekarang. Diawali Voetbalbond Malang en Omstreken (VMO) 1926-1933).

Kemudian Malangsche Voetbal Bond (MVB) 1928-1933, Malangsche Voetbal Unie (MVU) 1933-1949, dan PSIM Malang yang merupakan cikal bakal Persema Malang (1934-sekarang).

Kemudian Arema Malang (1987-2008), Arema Indonesia (2009-sekarang), Arema FC (2017-sekarang), dan NZR Sumbersari FC Malang (2018-sekarang).

Nama stadion sendiri sejak awal tahun 1970-an diganti dan kemudian mengabadikan sosok raja pemersatu, Prabu Gajayana. Raja pertama Kerajaan Kanjuruhan yang bertahta selama 29 tahun (760-789). Didampingi permaisuri Dewi Setrawati yang dikaruniai seorang puteri mahkota Satyadarmika.

“Stadion Gajayana bagi masyarakat Malang Raya bahkan Indonesia, adalah bagian sejarah sepak bola dan olah raga di Tanah Air. Stadion ini tertua di Indonesia, jadi jangan sampai  dialihfungsikan, seperti stadion-stadion lainnya di Indonesia,” ujar pelatih legendaris Persema Malang, Drs Rochanda.

Stadion ini begitu usai diresmikan pada  tahun 1926 dengan single tribune di bagian barat, langsung digunakan untuk menggelar pertandingan. Baik pada era Unitas Voetbal Bond (UVB), VMO (Voetbalbond Malang en Omstreken) maupun MVU (Malangsche Voetbal Unie). Termasuk menjadi kandang Persema Malang sejak PSSI pertamakali menggelar Kompetisi Kejurnas PSSI.

Stadion Gajayana direnovasi tahun 1990-1992. dengan mengganti rumput dan penambahan tribun melingkar utara-selatan-timur, Mampu menampung 17 ribu orang penonton. Juga penambahan lampu stadion berdaya pancar 800 lux pada tahun 1996 yang menelan biaya Rp2 miliar.

Renovasi terakhir tahun 2007-2008, ketika  Walikota Malang ke-10, Peni Suparto berinisiasi melakukan penggantian rumput, penambahan dua tribun utama dan meninggikan ekonomi timur. Juga memperluas area parker, seluruhnya menghabiskan anggaran Rp25 miliar.

Kapasitas maksimal stadion pun menjadi 30ribu orang penonton. Stadion tepat berada di pusat Kota Malang dikitari Jalan Tenes, Jalan Semeru dan Jalan Tagkuban Perahu di kawasan pusat perbelanjaan Mall Olympic Garden (MOG) di ketinggian 575 mdpl bertemperatur udara 17-20 derajat Celsius.

“Stadion Gajayana memiliki historis panjang dan bagian dari cagar budaya sepak bola Indonesia peninggalan era kolonial Belanda. Disini sejarah tercatat, lahirnya Voetbalbond Malang en Omstreken (VMO) 1926, Persema Malang tahun 1934 waktu masih bernama PSIM Malang, dan Arema Malang 1987,” imbuh pelatih kawakan yang akrab disapa Kandut tersebut.

Sejatinya stadion tertua di Tanah Air adalah Stadion Menteng, Jakarta yang dibangun tahun 1921. Diarsiteki dua orang berkebangsaan Belanda, FJ. Kubatz dan PAJ. Moojen.

Namun stadion ini hanya tinggal kenangan, setelah pada tahun 2006 resmi dialihfungsikan menjadi  ruang publik hijau atau taman. Kini tinggallah Stadion Gajayana, Kota Malang yang tertua di Indonesia dan masih berfungsi. Sekaligus sebagai warisan atau cagar budayanya sepak bola Indonesia dan PSSI.

Stadion Gajayana yang kini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Stadion Gajayana, Pemerintah Kota Malang. Memiliki kapasitas maksimal 30 ribu orang penonton (kursi non-single seat).

Terdapat tiga kategori  tribun, yakni tribun VIP bawah (2.500 orang), tribun VIP atas (6.000 orang) dan dua tribun utama (2.000 orang). Sisanya tribun ekonomi (19.440 orang), tribun khusus media (30 orang), dan tribun VVIP khusus tamu undangan (30 orang).

Stadion Gajayana juga menjadi  saksi bisu lahirnya penjaga gawang legendaris Timnas Hindia Belanda asal Kota Malang, Tan Mo ‘Bing’Heng. Bakat kiper kelahiran Malang, 28 Februari 1913 terasah di Stadion Gajayana 1928-1944 bersama klub HCTNH Malang (Hua Chiao Tsing Nien Hui) dan Malangsche Voetbal Bond (MVB) serta Malangsche Voetbal Unie (MVU).

Bahkan lintasan lari stadion ini menjadi tempat favorit latihan fisik pebulutangkis dunia Arek Malang, (alm) Johan Wahjudi (Ang Joe Liang) tahun 1968-1980, Sri Wijanti (1966-1974), dan Hendrawan (Yap Seng Wan) tahun 1987-2002.

Diluar nama Stadion Gajayana, ada enam stadion lainnya yang masuk 10 besar tertua di Indonesia dan masih berfungsi,yakni Stadion Sriwedari Solo  (dibangun 1932), Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya (1951), dan Stadion Teladan Medan (1951).

Kemudian Stadion Siliwangi Bandung (1954), Stadion Andi Mattalatta/Mattoangin Makassar (1957), dan Stadion Utama Senayan/Gelora Bung Karno Jakarta (1960). Termasuk tiga stadion lainnya yang sudah tak berfungsi atau telah dibongkar dan dialihfungsikan.

Stadion Menteng, Jakarta dibangun 1921 dan dibongkar tahun 2006, Stadion Diponegoro Semarang dibangun 1934 namun hingga saat ini tak dipergunakan. Lantas Stadion Ikada/Ikatan Atletik Djakarta yang dibangun 18 Juli 1951 dan dibongkar tahun 1963 untuk diadikan kawasan Monumen Nasional Indonesia (Monas).

Stadion Gajayana, tertua di Indonesia
Dibangun era Walikota Malang H.I Bussemaker  1 April 1924
Diresmikan 1 April 1926
Terinspsirasi Oude Stadion (Het Nederlandsch Sportpark) Amsterdam
Kapasitas 30.000

Markas klub-klub :
Voetbalbond Malang en Omstreken/VMO (1926-1933)
Malangsche Voetbal Bond/MVB (1928-1933)
Malangsche Voetbal Unie/MVU (1933-1949)
PSIM Malang/cikal bakal Persema Malang (1934-sekarang)
Arema Malang (1987-2008)
Arema Indonesia (2009-sekarang)
Arema FC (2017-sekarang)
NZR Sumbersari FC Malang (2018-sekarang).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Berita Terkait