Meragukan Skema Tiga Bek Ruben Amorim, Penyebab Buruknya Hasil Manchester United

Administrator

08/03/2025

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, tetap menggunakan pola tiga bek dengan dua bek sayap, yang dinilai tidak tepat untuk Liga Inggris. (Grafis: Menk Karmawan/G-Sports.id)
Pelatih Manchester United, Ruben Amorim, tetap menggunakan pola tiga bek dengan dua bek sayap, yang dinilai tidak tepat untuk Liga Inggris. (Grafis: Menk Karmawan/G-Sports.id)

MANCHESTER, G-SPORTS.ID – Dari David Moyes hingga Ruben Amorim, sudah ada 10 pelatih berbeda menangani Manchester United sejak berakhirnya era kepelatihan Alex Ferguson pada 2013 silam.

Termasuk pelatih sementara (interim) hingga pelatih tetap, namun selama 12 tahun lebih, Manchester United belum memperlihatkan tanda-tanda akan kembali menjadi tim yang mendominasi di kompetisi domestik maupun di ajang Eropa.

Sebaliknya, Manchester United kini semakin terpuruk. Musim ini contohnya, setelah 27 laga Liga Inggris 2024/2025, Tim Setan Merah berada di peringkat ke-14 klasemen sementara.

Itu merupakan posisi terendah dalam sejarah Manchester United sejak berakhirnya era Alex Ferguson. Memang, musim ini belum berakhir namun dengan 11 laga sisa Liga Inggris musim ini, setidaknya sudah dapat ditebak akan berakhir di mana Man United.

Jangankan berbicara tentang persaingan meraih gelar Liga Inggris, untuk naik ke empat besar (zona Liga Champions) pun tampaknya menjadi sangat sulit dan nyaris tidak mungkin.

Bahkan, sepanjang musim ini, Man United sempat berada dalam bayang-bayang ancaman zona degradasi. Situasi tersebut tentu saja masih bisa terjadi jika mereka tidak mampu meraih hasil positif secara konstan.

Manchester United asuhan Ruben Amorim akan kembali menjadi sorotan besar karena akhir pekan ini atau Minggu (9/3/2025) malam, Bruno Fernandes dan kawan-kawan akan menghadapi laga big match, menghadapi Arsenal.

Laga menghadapi Arsenal akan menjadi perhatian karena pada masanya, Manchester United dan Arsenal pernah menciptakan persaingan yang ketat dan panas, khususnya di era Alex Ferguson vs Arsenal asuhan Arsene Wenger.

Kini, ada Ruben Amorim dan Mikel Arteta. Yang menarik, kedua pelatih ini memiliki “tekanan” yang sebetulnya sama namun ternyata juga berbeda.

“Ruben Amorim sudah menangani Manchester United selama lima bulan, Mikel Arteta hampir lima tahun menangani Arsenal namun tanpa satu pun trofi. Siapa di antara keduanya yang paling mendapatkan tekanan?” kata mantan bek Liverpool, Jamie Carragher.

Tentu saja tidak sulit jawaban dari pertanyaan Jamie Carragher. Ya, bukan Mikel Arteta yang mendapatkan tekanan lebih besar melainkan Ruben Amorim.

Bersama Mikel Arteta, Arsenal memperlihatkan grafik positif dan mereka nyaris meraih gelar. Bahkan, musim ini The Gunners masuk dalam persaingan dengan Liverpool dalam memperebutkan gelar.

Manchester United? Ibarat raksasa yang terus tertidur, Tim Setan Merah kini jauh dari empat besar.

Berada di posisi ke-14 klasemen sementara menjadi pertanyaan besar, apakah Ruben Amorim mampu membuat Man United bangkit dari keterpurukan.

Posisi Manchester United sejak kali terakhir juara Liga Inggris pada 2012/2013 hingga musim 2024/2025 ini. (Grafik: Menk Karmawan/G-Sports.id).
Posisi Manchester United sejak kali terakhir juara Liga Inggris pada 2012/2013 hingga musim 2024/2025 ini. (Grafik: Menk Karmawan/G-Sports.id).

Lalu, apakah Ruben Amorim memang pelatih yang tepat bagi Manchester United? Semua pertanyaan tersebut kini mengarah kepada satu hal: skema atau pola tiga bek yang selalu digunakan Ruben Amorim di Red Devils.

Terkait hasil buruk yang diraih Manchester United, skema tiga bek yang diusung Ruben Amorim kini menjadi pertanyaan besar.

Seperti, apakah pola tiga bek tersebut benar-benar pola yang tepat untuk Man United? Lalu, apakah pola tiga bek memang tepat digunakan di kompetisi Liga Inggris?

Skema yang Diragukan

Bersama Ruben Amorim, Man United telah melalui 16 pertandingan Liga Inggris 2024/2025 ini.

Dari jumlah laga tersebut, ada 14 pertandingan di mana Ruben Amorim menerapkan pola 3-4-2-1. Sedangkan 2 laga lainnya menggunakan pola atau skema 3-4-3.

Ruben Amorim memang pelatih yang berkiblat hanya dengan satu pola, yaitu pola tiga bek (3-4-2-1 atau 3-4-3).

Meski demikian, terlihat bahwa Ruben Amorim sejauh ini belum berhasil mengimplemantasikan skema yang pernah sukses digunakannya ketika masih menjadi pelatih Sporting di Liga Portugal.

Dari 16 laga Liga Inggris dengan pola tersebut, Manchester United hanya meraih 5 kemenangan, 3 kali imbang, dan mengalami 8 kekalahan.

Dari 16 laga itu pula, Manchester United hanya mampu mencdetak 21 gol tapi kemasukan 25 gol. Sebuah perbandingan yang jauh dari kata ideal tentunya.

Karena itulah, kritik bukan hanya mengarah kepada Ruben Amorim melainkan juga tentang pola yang digunakannya. Apakah pola 3 bek tersebut memang tepat diterapkan untuk kompetisi Liga Inggris?

“Ini sistem yang aneh,” kata Gary Neville, mantan bintang Manchester United yang menjadi pundit sepak bola.

“Saya tidak suka sistemnya. Saya pikir sistem tersebut tidak akan bergungsi,” kata mantan pemain Liga Inggris lainnya, Stephen Warnock.

“Saya kira itu tidak akan berfungsi. Saya hanya merasa bahwa formasi tersebut tidak cocok di Liga Inggris (Premier League,” Jamie O’Hara, eks Tottenham Hotspur.

Jika melihat ke belakang, hanya Chelsea ketika di bawah kepelatihan Antonio Conte yang merupakan satu-satunya tim yang juara Liga Inggris dengan cara atau sistem dengan pola tiga bek.

Namun, faktanya pula, tidak ada dalam sejarah Liga Inggris klub favorit peraih gelar menggunakan pola dengan cara bermain seperti itu.

Asumsi tersebut boleh jadi karena Liga Inggris, kompetisi yang sangat mengandalkan kekuatan fisik menjadi lebih besar tantangannya jika menggunakan pola atau skema tersebut.

Skema 3-4-3 dalam sepak bola Inggris justru menjadi cara bermain yang membuat sebuah tim lebih banyak meredam, menahan, dan melakukan serangan balik. Dalam hal ini, bukan pola yang aktif menyerang.

Penilaian tersebut dapat dilihat dari beberapa laga sukses dengan poin seperti menang atas Manchester City di Liga Inggris imbang lawan Arsenal di Piala FA, atau imbang lawan Liverpool di Liga Inggris.

Dari tiga laga tersebut, terlihat Manchester United meraih hasil tersebut tanpa menjadi tim yang dominan dalam penguasaan bola. Manchester United menjadi tim yang justru bukan tim yang dominan dari segi permainan di laga tersebut.

Ketika imbang 1-1 lawan Arsenal contohnya, penguasaan bola milik The Gunners yang mencapai 70 persen. Man United kemudian menang lewat adu penalti.

Pencapaian Manchester United di bawah kepelatihan Ruben Amorim belum memperlihatkan tanda-tanda yang bagus. (Grafik: Menk Karmawan/G-Sports.id).
Pencapaian Manchester United di bawah kepelatihan Ruben Amorim belum memperlihatkan tanda-tanda yang bagus. (Grafik: Menk Karmawan/G-Sports.id).

Tanpa Spesialis Wing-Back

Keteguhan Ruben Amorim untuk tetap dengan pola tiga bek dapat dilihat bahwa dari 25 laga bersama pelatih asal Porttugal ini di semua ajang, semuanya menggunakan pola tersebut.

Di posisi kedua, menurut Sky Sports adalah Crystal Palace yang menggunakan pola tiga bek sebanyak 20 kali. Lalu ada Southampton dengan 18 kali bermain menggunakan skema tiga bek.

Kemungkinan jawaban lainnya, Manchester United tidak memiliki bek sayap, pemain spesialis yang bermain di posisi tersebut dengan penguasaan teknik dan pengalaman yang baik.

Ketika Manchester United kalah dalam laga Boxing Day, ditekuk Wolverhampton tim yang di zona degrdasi, kedua tim menggunbakan pola atau formasi yang sama persis.

Setelah kekalahan tersebut, Ruben Amorim kemudian mengatakan, “Mereka adalah skuad yang dibangun untuk sistim seperti ini.”

Itu juga berlaku ketika Crystal Palace mempermalukan Man United di Stadion Old Trafford. Ketika itu, Crystal Palace menggunakan pola yang sama.

Tyrick Mitchell dan Daniel Munoz memperlihatkan kepada para pemain Manchester United bagaimanan memainkan peran wing back dengan cara yang benar.

Baik Wolverhampton maupun Crystal Palace memiliki bek sayap murni dan pemain yang bisa bergerak melebar. Manchester United tidak memiliki pemain dengan tipikal seperti itu.

Upaya Manchester United untuk memenuhi peran tersebut dapat dilihat dari keputusan mereka mendatangkan pemain asal Denmark, Patrick Dorgu dari klub Liga Italia, Lecce.

Pemain berusia 20 tahun ini telah diturunkan dalam lima laga sejak bergabung pada Januari 2025 lalu. Dari lima laga tersebut, 4 di antaranya sebagai bek sayap kiri dan 1 sebagai bek sayap kanan.

Selain Patrick Dorgu, Ruben Amorim sudah menurunkan pemain seperti Diogo Dalot yang merupakan bek kiri menjadi bek sayap kiri.

Lalu ada Noussair Mazraoui yang sebetulnya adalah bek kanan namun di dorong menjadi bek sayap kanan.

Bek sayap adalah posisi yang spesial dan hanya dapat dimainkan oleh pemain tertentu. Di Manchester United, tidak ada pemain dengan tipikal seperti itu. Inilah salah satu kesalahan dari Ruben Amorim. (Rakha Alkarimi/G-Sports.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Berita Terkait

PSF Academy