JAKARTA, G-SPORTS.ID – Piala Presiden 2025 yang bergulir sejak 6 Juli 2025 dan berakhir pada hari ini atau Minggu (13/7/2025) menjadi pintu dimulainya kompetisi sepak bola Indonesia untuk musim 2025/2026.
Ibarat panggung, Piala Presiden 2025 yang diikuti 6 tim adalah layar yang dibuka untuk menandai persaingan di level kompetisi sepak bola Tanah Air. Trofi ini telah diangkat oleh pemenang di Piala Presiden 2025 pada hari ini. Trofi yang indah, pahatan tangan seniman asal Indonesia, Ida Bagus Lasem.
Piala Presiden yang bergulir sejak 2015 menjadi tonggak yang mencerminkan perjuangan untuk tidak menyerah kepada situasi yang sulit, sebuah turnamen yang dibentuk untuk mengisi kekosongan ketika sepak bola Indonesia terkena sanksi FIFA di tahun tersebut.
Seperti kata pepatah, “kemenangan” seringkali lahir dari situasi yang sulit. Demikianlah Piala Presiden kemudian hadir dalam sepak bola Indonesia.
Berawal dari keinginan agar kompetisi sepak bola Indonesia tetap ada, Erick Thohir (saat ini Ketua Umum PSSI), pendiri Mahaka Sports dan bekerja sama dengan berbagai pihak, mencetuskan Piala Presiden untuk menandai bahwa sepak bola Indonesia tetap memiliki denyut di tengah sejumlah poin dari sanksi FIFA.
Salah satu yang unik dari Piala Indonesia adalah bentuk trofi turnamen ini yang mencerminkan napas Indonesia. Trofi yang murni terbuat dari kayu jati, kayu yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur, daerah yang memang sangat dikenal memiliki kekayaan alam kayu termasuk dalam sejarahnya.
“Trofi Piala Presiden dibuat dari bahan kayu jati sebagai bentuk dalam menghargai budaya Indonesia,” kata Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden, Maruar Sirait.
Pembuatan trofi ini melambangkan kerja keras yang juga dalam pengerjaannya dibutuhkan ketelitian dan kesabaran. Dua hal itu pula yang diharapkan akan tumbuh terus dalam sepak bola Indonesia.
Trofi Piala Presiden terlihat indah, mencerminkan tradisi, wajah dari Indonesia yang sangat kentara akan kekayaan budaya. Dengan bulatan besar di atasnya berbentuk bola berpadu pahatan berbentuk bintang pipih menempel di bola tersebut.
Warna perak kemudian muncul di Piala Presiden pada tahun 2019. Penambahan tersebut juga termasuk dengan serangkaian batu permata seperti Badar Besi, Pacitan Merah, Cempaka Aceh, Teratai Merah, Kalsedon Pandan, atau Kalimantan Merah, yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara.
Penambahan tersebut dilakukan oleh Surya Aditya, yang merupakan seniman Indonesia. Perubahan tersebut dilakukan dengan tetap mempertahankan bentuk dari Piala Presiden pahatan Ida Bagus Lasem.
Penambahan perak yang melapisi beberapa bagiannya menambah rupa trofi menjadi sangat estetik tapi juga futuristik, yang mempertegas tradisi napas Tanah Air. Lalu tulisan “Piala Presiden” dengan hiasan ukiran khas Bali di setiap sudutnya juga menegaskan ini adalah trofi buatan Indonesia, buatan tangan seniman Indonesia.
Ida Bagus Lasem atau yang Bernama lengkap Ida Bagus Ketut Lasem, memahat dan mengukir setiap bilah kayu jati hanya dalam Waktu dua bulan untuk menciptakan trofi Piala Presiden.
Ketika itu pada tahun 2015, Ida Bagus Lasem mengerjakannya dalam usia 73 tahun. Usianya yang sudah sepuh tidak mengikis keahliannya sebagai pemahat yang memang sudah ditekuninya sejak dari kecil.
Ida Bagus Lasem dikenal sebagai pemahat spesialis kayu. Banyak filosofi terkait karya seni yang berdasarkan kayu. Dalam ilmu seni kayu disebut dengan tutur-tutur kayu (Taru) atau tahapan-tahapan membuat karya seni dari kayu.
Kayu bahan Piala Presiden disebutkan pula yang diambil kayu yang sudah berusia 80 tahun.
Kemampuannya sebagai pemahat ditempa sejak tahun 1960-an. Ketinginannya menjadi pemahat sangat kuat yang membuatnya memilih menjadi seniman.
Dalam pengerjaan mengukir Piala Presiden, Ida Bagus Lasem juga dibantu oleh seniman Bernama Made Suparta. Pengerjaan trofi Piala Presiden dilakukan di rumahnya yang berada di Desa Kemenuh, Gianyar, Bali.
Trofi dengan tinggi 50 cm dengan berat 12 kg tersebut, pada 18 Oktober 2015, untuk pertama kalinya resmi diangkat oleh para pemain Persib Bandung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dalam final.
Saat itu, Persib tampil sebagai juara di musim Perdana digelarnya Piala Presiden setelah menang 2-0 atas Sriwijaya FC.
Nama Ida Bagus Lasem memang sudah dikenal. Dalam penelusuran G-Sports.id sempat muncul di media sosial tentang Ida Bagus Lasem sang pembuat Piala Presiden memilih menjadi musafir dengan mengelilingi Pulau Jawa dengan berjalan kaki.
Namun, semua kabar tersebut dibantah pula oleh para netizen lainnya. Disebutkan bahwa Ida Bagus Lasem masih aktif dengan aktivitasnya sebagai seniman pemahat dan berada di rumahnya dan tidak sebagai musafir seperti yang disebutkan dalam berita-berita di media sosial.
Dalam sebuah video di Youtube dengan akun Tjok Udiana N.P pada 2022 silam, Ida Bagus Lasem mengatakan bahwa sebagai seniman, orientasi seniman itu bukan uang.
“Orientasinya adalah kesenangan dan kegembiraan orang. Kesenangan itu jangan memaksakan diri,” kata Ida Ketut Lasem.
“Membuat Piala Presiden adalah amanah dari negara,” kata Ida Ketut Lasem lagi ketika itu.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa Ida Ketut Lasem tidak memberikan tarif untuk hasil karya seninya. Dia membuat berdasarkan keyakinannya sebagai seniman untuk membuat orang lain senang.
Demikianlah, trofi Piala Presiden pada akhirnya dapat dimaknai sebagai simbol dari kekuatan Indonesia, termasuk masyarakatnya yang pantang menyerah dengan tidak melupakan tradisi.
Salah satu fitur dalam Piala Presiden adalah adanya ukiran Buah Randu dan Bunga Terong. Ini merupakan motif yang sering dilihat dalam tatoo suku Dayak Kalimantan.
Ukiran tersebut melambangkan kematangan dan kedewasaan seseorang dalam menghadapi kehidupan. Atau motif Semen Rante yang merefleksikan tentang bertumbuh dan bersemi. Rante berarti rangkaian yang saling mengikat satu dengan yang lain. Keduanya bermakna ikatan erat yang bertumbuh.
Seperti Piala Presiden 2025 yang trofinya dibuat oleh seniman Indonesia, sepahat demi sepahat, sepak bola Indonesia akan terus tumbuh.
Ida Bagus Lasem adalah seniman yang ikut berjuang dalam membuat nadi sepak bola Indonesia berdenyut Ketika terancam fakum karena sanksi FIFA pada 2015 silam. Dan, denyutnya masih terasa hingga saat ini.
Kini, setelah tirai Piala Presiden tahun ini telah dibuka, sepak bola Indonesia akan memulai kompetisi yang dinantikan, I League 2025/2026. (Irfan Sudrajat/G-Sports.id)