DELI SERDANG, G-SPORTS.ID – Bak Legenda Sangkuriang yang harus membuat perahu hanya dalam waktu semalam demi mendapatkan cintanya Dayang Sumbi yang notabene sebagai ibu kandungnya sendiri.
Pun dengan Sport Center Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang sebagai venue terakhir perhelatan PON XXI/2024 dalam sesi Closing Ceremony (upacara penutupan) pada 20 September 2024.
Persiapan venue yang seharusnya sudah siap menuju hari ‘H’ itu terus dikebut siang malam demi memenuhi target : rampung sebelum acara penutupan.
Debu yang terus bertebaran bila tertiup angin, kendaraan berat seperti buldozer yang sibuk meratakan tanah yang terendam air hujan serta truk – truk pengangkut tanah untuk pengurugan menjadi pemandangan sehari-hari di Sport Center Sumatera itu.
Akibat dari itu semua kondisi yang terjadi di Sport Center Sumatera Utara semakin berantakan. Sebab, salah satu gedung bernama Martial Arts Arena di dalam komplek setiap harinya telah bergeliat menggelar pertandingan empat cabang olahraga, Barongsai, Taekwondo, dan atletik sebelum dan setelah pembukaan PON XXI/2024.
Plus perhelatan nomor pertandingan otomotif yaitu, Motocross di sekiar Sport Center. Belum, deretan tenda- tenda penjual makanan dan merchandise semakin menambah kesemeruwatan komplek olahraga yang berlahan luas tersebut.
Terlepas tuduhan orang-orang telah terjadi penyelewengan anggaran, ketidak tepatan merampungkan infrastrtuktur bagi penyelenggaraan PON XXI/2024 di Sumatera Utara, lebih disebabkan tidak adanya perencanaan yang matang.
Salah seorang praktisi olahraga asal Jawa Barat, D. Iman, mengungkapkan, apa yang terjadi di Sumatera Utara terkait penyelenggraan Pesta Olahraga Nasional Empat Tahunan itu, karena tuan rumah tidak siap seratus persen.
“Padahal, jika kita telaah, Sumut sudah jauh-jauh hari melakukan bidding menjadi tuan rumah PON sejak tahun 2008. Mereka, bidding ke KONI Pusat untuk tuan rumah PON XV/2012 tetapi kalah oleh Riau. Lalu, mereka bidding lagi menjadi tuan rumah PON XVI/2016 tetapi kalah lagi oleh Jawa Barat. Lalu, bidding berikutnya tapi kalah oleh Papua untuk PON XX tahun 2020,” kata D. Iman membeberkan.
Oleh karena itu menurut D. Iman, seharusnya, dengan beberapa kali pengalamannya itu, PON XXI/2024 di Aceh – Sumut, tidak seharusnya terjadi seperti yang disaksikan saat ini. Seharusnya kata D Iman lagi, sebelum bidding tuan rumah PON XXI/2024 pemerintah setempat sudah menyiapkan dengan segala infrastrukturnya.
“Jelas, hal ini tidak adanya perencanaan saat menuju PON tahun ini (2024). Padahal, pihak Sumut juga pernah melakukan studi banding ke KONI Jabar. Malah pada studi banding itu mereka mendapatkan penjelasan-penjelasan bahwa untuk menjadi tuan rumah memang harus siap segalanya, membangun relasi dengan leading sektornya seperti apa dan penjelasan lain yang terkait dengan penyelenggaraan PON,” ujar D Iman memaparkan.
Sumut sendiri bukan sekali ini menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional. Sumut pernah menjadi tuan rumah pada PON III di Kota Medan pada tahun 1953. Pada di Kota Medan Sumut tahun 1953, itu diselengarakan selama sepekan, 20-27 September dengan peserta 11 provinsi dengan 14 cabang olahraga yang dipertandingkan, diantaranya, Anggar, Angkat Besi, Balap Sepeda, Bola Basket, Bola Keranjang, Bulutangkis, Bola Voli, Hockey, Menembak, Tenis Meja, Renang dan Sepakbola. (Arief K/G-SPORTS.ID)