Koptu TNI AD Deris Herdiansyah, Boyong Spirit Pep Guardiola di PSF Academy (1)

Noval Lutfianto

12/04/2023

Deris Herdiansyah, pelatih PSF Football Academy Jakarta (grafis : Menk Karmawan/g-sports.id)

JAKARTA, G-SPORTS.ID – “I am here just to learn, to improve, to help my team improve. I try to be positive. I speak to my players about how we have to play, respect the rules. What I have done is always be positive.” Demikian filosofi melatih ala pelatih kenamaan sekaliber,  Josep “Pep” Guardiola Sala.

Siapa tak kenal dia, pelatih hebat asal  Santpedor, Catalonia, Spanyol itu. Perjalanan karir kepelatihan tak selalu mulus dan tak pernah sepi dari kritikan publik. Mentas dari  FC Barcelona II yang hanya berkiprah di level kompetisi ketiga di Negeri Matador, Primera Division RFEF (Royal Spanish Football Federation). Dia naik pangkat paruh 2008-an ke tim utama FC Barcelona di kompetisi La Liga 2008/2009. 

Tapi dia diragukan bakal mampu mengangkat kembali performa Xavier Hernandez Creus dan kawan-kawan ,yang tergusur ke posisi ketiga oleh sang juara Real Madrid dan runner up Villarreal CF pada La Liga 2007/2008. Bahkan dicibir publik sepak bola Catalonia sendiri. 

Itu tak membuat Pep Guardiola bergeming apalagi alergi kritik. Tak banyak bicara dia hanya memberi bukti lewat sederet prestasi. Tak mempunyai ambisi pribadi. Dia, seperti slogannya, hanya ingin  membantu membuat sukses Barca. Begitupun  head coach PSF Football Academy Jakarta, Deris Herdiansyah. Seperti juga sang idolanya, Pep Guardiola, dalam 10 tahun karir kepelatihannya, sejak tahun 2013 hingga 2023 ini. 

“Dalam beberapa sisi teknis kepelatihan dan profesionalitas bahkan pengalaman Pep Guardiola adalah inspirator sekaligus motivator bagi saya. Perjalanan karir kepelatihan dia dan tentu juga saya sebagai pelatih, sejak awal tidaklah selalu berjalan mulus atau mudah. Sukses tak bisa diraih dalam sekejap atau semudah membalikkan telapak tangan. Bertahap dan berproses dengan suka duka pengalaman melatih,” beber mantan striker dan gelandang bertahan Perses Sumedang itu. 

Deris dalam kurun empat tahun awal (2013-2016) itu, sebagai juru tatik telah  malang melintang di empat tim. Itu pun hanya bermodalkan lisensi kepelatihan paling dasar level youth, D PSSI yang diraihnya pada tahun 2009.  

Deris mengawali tertatih-tatih sebagai asisten pelatih PSAD, sebuah tim instansi militer di lingkup TNI AD.  Lantas merapat ke tim usia dini Jakarta Fooball Academy U-13 sebegai pelatih kepala. Berlanjut menukangi Buperta Bintang Kranggan Jakarta, dan PS TNI U-21 (2016), serta Tim Technical Study Group Liga TopSkor  juga tahun 2016.

“Saya sadari, karir melatih di lapangan, tetap harus diimbangi dengan kapabilitas keilmuan melatih. Saya  ingin meningkatkan kemampuan dalam melatih. Sepak bola modern sekarang selalu update dan terus mengalami perkembangan dalam hal melatih,” tandas pelatih yang familiar dengan formasi 4-3-3 dan 3-5-2 tersebut. 

“Jadi saya tidak bisa hanya puas dengan lisensi D PSSI. Harus mengupdate diri dengan belajar dan belajar serta  mengikuti jenjang kursus-kursus kepelatihan lanjutan,” tandas pelatih yang familiar dengan formasi 4-3-3 dan 3-5-2 tersebut. 

Bagi dirinya, keikutsertaan dalam kursus-kursus kepelatihan lanjutan, merupakan salah satu jalan terbaik guna meningkatkan kualitasnya sebagai pelatih. Seperti yang pernah diucapkan Pep Guardiola, “…..menjadi pelatih sukses itu,  salah satu kuncinya adalah tidak pernah merasa puas, terus selalu belajar,dan menginginkan lebih dari yang sudah dicapainya!.”

Meski untuk itu, dia harus pintar-pintar berbagi waktu antara sepak bola, keluarga, dan kedinasan. Tak hanya sebagai pelatih tim sepak bola PSF Football Academy Jakarta. 

Deris saat ini juga masih berdinas aktif sebagat prajurit TNI AD berpangkat Koptu di Denma Mabes TNI AD. Sebagai Taur-Harwat di Komplek Pati TNI AD, Kuningan, Jakarta Selatan. Selain juga berbagi waktu dengan keluarganya, bersama sang istri Ai Atikah. Beserta keempat buah hatinya, Rigan Azmi Nur Hakim, Azri Aulia Putri, Chelsea Shidqia Putri, dan Rhisya Arsyla Putri.

“Ada satu hal yang dapat saya jadikan sebagai hikmah atau pelajaran dari perjalanan sebagai pelatih dengan plus-minusnya. Seperti halnya Pep Guardiola dan pelatih-pelatih sukses dan hebat lainnya. Untuk mencapai kesuksesan, butuh kegigihan, keuletan, sikap pantang menyerah, pengorbanan, dan kesabaran. Tentu juga bagaiman bisa berbagi waktu antara sepak bola, pekerjaan, dan keluarga,”urainya.  

“Proses mengajarkan kita bahwa setiap perjuangan itu pasti memiliki konsekuensinya. Dan untuk bisa memetik buah dari perjuangan tersebut, saya harus menikmati setiap proses yang ada, terus mengevalusi diri, dan berpikir optimis. Dengan kata lain, kita tidak boleh memiliki rasa lelah dalam belajar dan berproses untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.”. 

Itu pulalah yang dia pelajari perjalanan sukses Pep Guardiola. Dari nobody dan kini menjadi somebody. Berangkat dari zero dan kini hero. 

Di awal karir profesional bersama klub besar Barcelona raih juara La Liga  tiga kali 2008/2009, 2009/2010, 2010/2011. Dua kali kampiun Copa del Rey 2008/2009 dan 2011/2012. 

Kemudian hat-trick juara Super Copa de Espana 2009, 2010, 2011, dan gaet trofi juara UEFA Champions League dua kali 2009, 2011. 

Dia juga memberikan FC Barcelona dua gelar juara UEFA Super Cup 2009, 2011, dan dua kali podium juara FIFA Club World Cup 2009 2011. Termasuk penghargaan individu diantaranya Don Balon Award 2009 dan 2010.  Itu belum termasuk sederat kampiun bersama Bayern Munich dan Manchester City.  (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Populer

Berita Terkait