JAKARTA, G-SPORTS.ID – Piala Presiden 2025 dibuka dengan diiringi hujan lebat di Jakarta dan ditutup dengan cerahnya langit di Bandung. Baru sepekan lalu atau Minggu (6/7/2025) ketika hujan mengguyur Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), kini turnamen Piala Presiden di tahun ini telah selesai, ditandai dengan Port FC sebagai juara dalam final yang digelar pada Minggu (13/7/2025) di Stadion si Jalak Harupat.
Antuasiasme dan semangat masyarakat menyaksikan turnamen Piala Presiden 2025 luar biasa. Ketika acara pembukaan yang digelar di SUGBK contohnya, hujan lebat tidak menghentikan mereka untuk datang ke stadion. Pada hari pertama turnamen ini digelar, SUGBK dipenuhi 41.026 penonton sedangkan Stadion si Jalak Harupat dihadiri 19.711 penonton.
“Kehadiran puluhan ribu penonton malam ini menunjukkan betapa besar kecintaan publik terhadap sepak bola nasional,” ujar Erick Thohir dalam rilis terkait antusiasme penonton yang besar di laga pembukaan Piala Presiden 2025 di SUGBK itu.
Jakarta, dalam hal ini Stadion SUGBK hanya menggelar satu pertandingan yang juga sebagai tempat pembukaan. Kemeriahan Piala Presiden 2025 kemudian terkonsentrasi di Stadion si Jalak Harupat, Bandung, termasuk laga fase knockout hingga final.

Selama delapan hari, Piala Presiden 2025 memberikan pesan yang positif baik dari sisi olahraga, maupun dari sisi ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan. Selain sebagai panggung adu taktik dan strategi para tim peserta, turnamen pramusim ini memberikan kesempatan kepada UMKM mendapatkan keuntungan ekonomi, memberikan ruang pula bagi tradisi dan kearifan lokal Tanah Air dalam berekspresi.
Piala Presiden 2025 menjadi panggung pesta rakyat, turnamen yang sukses dikemas dengan aspek entertainment yang didalamnya juga memiliki pesan pembelajaran.
Dari Piala Presiden 2025 ini, ada antusiasme yang besar. Sekolah-sekolah atau akademi sepak bola, pencinta Timnas Indonesia, fans klub tertentu, keluarga, anak-anak, semua menjadi satu sebagai masyarakat olahraga. Semua dilibatkan dan merasa terlibat.
Aspek entertainment dalam olahraga telah terwakilkan dengan para bintang Liga 1 yang masuk dalam tim Liga Indonesia All Star serta kehadiran dua tim asing, Port FC (Thailand) dan Oxford United (Inggris). Faktor ini pula salah satu yang membuat turnamen di tahun 2025 ini menjadi magnet.
Belum lagi dengan atraksi budaya seperti Sisingaan, seni yang berasal dari masyarakat Subang, Jawa Barat. Sisingaan memiliki makna filosofis, simbol semangat perjuangan dan pantang menyerah masyarakat Subang dalam memberikan perlawanan di masa penjajahan di masa silam.

Semangat perjuangan itu juga terlihat dengan berkibarnya bendera Merah Putih yang dibawa oleh anggota Paskibra, Abinaya Vega dan Nindya Rizka Andini. Keduanya adalah Purna Paskibra 2024 yang memang mendapatkan tugas sebagai pengusung bendera Merah Putih di Piala Presiden 2025 ini.
“Saya bangga sekali, saya dan rekan saya dapat dipilih dan dipercaya untuk membawa Bendera Merah Putih di acara Piala Presiden 2025. Dari sekian banyaknya anggota Paskibra di Indonesia, hanya dua yang dipilih, yaitu saya dan rekan saya,” kata Abinaya Vega, yang ditemui G-Sports.id jelang acara pembukaan Piala Presiden 2025 di SUGBK, pekan lalu itu.
“Karena itu, saya merasa terhormat dan bangga menjalankan tugas tersebut,” Abinaya Vega menambahkan. Menurut Abinaya Vega yang berasal dari sekolah Highscope kelas 3 SMA ini, dia dan Nindya Rizka Andini dipilih langsung oleh ketua Paskibra untuk ditugaskan membawa bendera Merah Putih di Stadion SUGBK.

Selain faktor pendidikan, perputaran ekonomi, dan kebudayaan, nilai Piala Presiden di tahun ini juga semakin tinggi karena hadiahnya. Untuk juara mendapat Rp5,5 miliar, runner-up Rp3 miliar, peringkat ketiga Rp2 miliar, dan peringkat keempat Rp1 miliar. Total, Rp11,5 miliar untuk hadiah Piala Presiden 2025, atau meningkat Rp500 juta dari edisi Piala Presiden tahun 2024.
“Tidak ada turnamen di Indonesia yang bisa digelar secara konsisten seperti Piala Presiden. Sponsornya sudah terkumpul Rp 55 miliar dan masih bisa bertambah lagi,” kata Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025 Maruarar Sirait dalam konferensi pers seperti dikutip dari Antara, awal Juli 2025 ini, jelang digelarnya turnamen pramusim ini.
Dengan semua keragaman tersebut, PSSI dan panitia penyelenggara Piala Presiden 2025 telah meningkatkan value, menguprade turnamen ini di tahun 2025, atau di tahun ke-10 sejak kali pertama turnamen ini digelar pada 2015 silam.
Sebagai sebuah turnamen, Piala Presiden meningkatkan kualitasnya di tahun ini dalam berbagai aspek, menjadi versi terbaik dari penyelenggaraan sebelumnya dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman namun tetap berpegang kepada jiwa olahraga, sportivitas.

Hari pertama turnamen ini digelar pada 6 Juli 2025, ditandai dengan dua kekalahan “tim kita” dari dua klub asing yang merupakan undangan di Piala Presiden 2025 ini. Liga Indonesia All Star kalah cukup telak dari Oxford United, 3-6.
Sebelumnya, pada hari yang sama di Stadion si Jalak Harupat, Bandung, fans Persib harus menerima ketika Persib lebih dulu takluk dari klub asal Thailand, Port FC, 0-2.
Namun, Piala Presiden bukan hanya sekadar siapa yang kalah dan siapa juaranya. Bukan tentang bahwa trofi ini milik Indonesia. Dari sudut pandang hasil dalam olahraga, kegagalan ini memang cukup pantas disesali. Namun, harus diakui pula bahwa dari sudut pandang estetis, Piala Presiden 2025 dengan tiga aspek tersebut yaitu olahraga (sportivitas), ekonomi, dan kebudayaan, menambah bobot dari turnamen ini sendiri.
“Kekalahan” ini memberikan keindahan tersendiri. Kini, dapat dilihat dalam literasi seperti di Wikipedia tentang klub Port FC, dalam bagian “Honours” atau prestasi, tertulis dengan kata: Winners Indonesia President’s Cup 2025.
President Cup atau Piala Presiden kini telah memperkenalkan diri kepada dunia. Seorang sahabat wartawan membuat berita tentang Port FC yang juara dengan judul “Piala Presiden Terbang ke Luar Negeri“.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola Indonesia, ada sebuah trofi yang merupakan produk dalam negeri, kini menjadi milik klub asing (luar). Namun, meski trofi itu kini milik Port FC, ruh Piala Presiden tetap berada di Indonesia.

Piala Presiden sendiri sudah berkelas karena ajang ini lahir dari situasi ketika sepak bola Indonesia vakum karena sanksi FIFA pada 2015 silam. Ketika itulah, turnamen ini hadir di tengah wajah muram sepak bola Tanah Air, menjadi obat yang menyerukan agar nadi sepak bola negeri ini tetap berdenyut.
Tidak ada yang dapat menghilangkan jejak sejarah tersebut, tidak pula hanya karena gelar juara itu jatuh ke klub luar negeri.
Sejarah sepak bola Indonesia mencatat bahwa Persib Bandung klub pertama yang mengangkat trofi pahatan dan ukiran seniman bernama Ida Bagus Lasem ini pada 2015. Lalu Arema FC di tahun 2017, Persija Jakarta pada 2018, Arema FC Kembali tampil sebagai juara pada 2019, 2022, dan 2024. Kini di tahun 2025, trofi tersebut menjadi milik klub Thailand, Port FC.

Seperti sejarahnya, Piala Presiden memang lahir bukan hanya untuk menentukan siapa juaranya, melainkan untuk memberikan kegembiraan. Dan, di tahun ini Piala Presiden menjadi refleksi tentang bagaimana pertandingan sepak bola itu digelar dengan semangat sportivitas, fair play, aman, serta kebanggaan.
Pada saat kompetisi Super League 2025/2026 bergulir, semangat itulah yang sangat diharapkan dari kompetisi sepak bola Indonesia. Piala Presiden adalah turnamen yang mengawali akan digelarnya kompetisi liga.
Dengan semua hal positif yang terjadi selama penyelenggaraan Piala Presiden 2025, turnamen ini dapat menjadi inspirasi bagi PT Liga Indonesia Baru (LIB) tentunya.

Lebih luas dan sangat penting, turnamen ini memberikan pesan kepada fans semua klub di Tanah Air tentang nilai-nilai sportivitas, rasa aman, dan kegembiraan menyaksikan pertandingan sepak bola.
Ya, turnamen Piala Presiden 2025 ini memang hanya berlangsung delapan hari, namun berhasil menjadi hiburan rakyat dan menjadi produk olahraga Tanah Air yang kehadirannya setahun sekali akan selalu dinantikan.* (Irfan Sudrajat/G-Sports.id)